Sabtu, 06 April 2013

KEKUATAN AGUNG AKHIR JAMAN


Seperti yang telah kita tahu, bahwa sekarang hari ini esok dan kemarin kita telah menapaki sebuah jaman yang memang sangat berat dan sangat melelahkan, bagi mereka yang benar-benar menjalaninya secara berbudi dharma. Yaitu sebuah jaman kaliyuga. Jaman di mana memang kejahatan (adharma) memiliki lebih banyak pengikut dari pada mereka yang melakukan dan membela dharma itu sendiri. Persentase yang ada menyatakan bahwa 75 % berbanding dengan adharma 25%. Sebuah pertanyaan yang meneguhkan adalah adharma tidak pernah akan sampai ke angka 100%. Dan sebagai suatu keyakinan bahwa 25% dharma, masih mampu untuk hidup dan bahkan mengalahkan 75% adharma itu sendiri. Dan jika memang itu terjadi atau pasti akan terjadi, maka jaman keemasan atau Satya Yuga akan tercapai di jaman mendatang dan bahkan sesuai keyakinan tentang kekuatan spiritulitas bahwa itu telah mengalami proses tersendiri dan telah dimulai.
Sebagai fakta yang tiada bisa dibantah adalah kemunculan pencerah-pencerah yang sudah lelah pada kemunduran “nilai” jaman, dan berbagai bencana, serta semesta mulai bergejolak sedemikian rupa. Dan nantinya juga akan sampai pada titik keseimbangan di mana Budi luhur Dharma akan mencapai kesunyatan abadi.
Beberapa hal di atas maka akan sampailah pada suatu pertanyaan Siapa yang ditunggu? atau siapa yang patut dinanti pada masa yang penuh goro-goro ini?? Sedikitnya pasti terbersit bahwa berbagai ramalan yang belum teridentifikasi nilai kebenarannya, atau belum dianggap karena tidak berlogika, maka sebenarnya dari mereka yang mengagungkan kekuatan selain duniawi itu sendiri (baca:intuisi). Bahwa telah saatnya datang keperkasaan dharma yang mencipta, melindungi, melebur, serta menghukum dan mengembalikan budi dharma menuju suatu keemasan yang tiada ternilai. Menurut hemat saya adalah bahwa telah atau akan lahir suatu kekuatan ilahi sebagai inkarnasi dari Wisnu yang berupa penunggang kuda dan membawa sebuah pedang terhunus yang siap mematikan mereka yang menentang, meluruskan serta memberi penghukuman sendiri atas adharma yang mereka lakukan. Dan Beliau adalah disebut sebagai Kalki Avatara.

Dari simbolisme kalki avatar di samping, maka makna-makna yang tergambar dari Kalki avatar adalah sebagai berikut :
1. Pedang : Pedang sebagai simbol senjata yang digunaka oleh kalki avatar adalah sebagai pemaknaan akan ketajaman pikiran atau kekuatan dari ilmu pengetahuan yang mampu menghancurkan permasalahan dan memberikan solusi atau meninggalkan ketidakberdayaan dari apa-apa yang menggoda dan menghadang manusia. Pentingnya sebuah ilmu pengetahuan dapat dilihat pada,  Bhagavadgita Percakapan IV Sloka (33) dikemukakan : “ Persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa lebih bermutu daripada persembahan materi, dalam keseluruhannya semua kerja ini, berpusat pada Ilmu Pengetahuan, oh Parta”. Selanjutnya dalam Sloka (42) dikemukakan: “Sebab itu, setelah memotong keraguan dalam hatimu karena ketidaktahuan dengan pedangnya ilmu pengetahuan, berpegang pada yoga, bangkitlah, oh Barata”.  
Pengetahuan akan Dharma itu pun melindungi mereka2 yang mengemban ketajaman pikiran itu sendiri. Maka seperti yang tercantum pada sloka sarasamuscya 18, “Dan kekuatan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya, ;lagipula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu; tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa triloka atau jagad tiga itu.”
Dan pedang sebagai suatu idep suatu pikiran yang tajam termsuk intuisi yang diasah dengan empat marga itu, akan menjadi seuatu yang bershadja sesuai proses karma pala dan kekuatan dharma yang agung. Apa pun jalan yang anda laku, maka akhirnya akan sampai pada “KU”, apakah itu bhakta, Karmin, Jnanin, Rahja maka nantinya akan menjadi kesucian dalam Wibhuti Marga, yaitu suatu “pencerahan”. Dan tidak ada jarak lagi antara Tuhan dan Suksma, Rahga, dan Sahadja.
Kekuasaan akan ilmu pengetahuan dan melalui lindungan Budi Dharma, telah pula dirayakan dan diperingati pada hari raya Tumpek Landep sebagai peringatan mempertajam ilmu, yang telah turun sebelumnya pada peringatan Hari raya Saraswati pada wuku watugunung. Yang juga telah dihayati sedemikian rupa pada keseharian.
2. Kuda. Kuda yang liar adalah sebagai suatu catur purusha artha, yang termasuk pula dharma di sampingnya, Dasar-dasar yang ada untuk menghancurkan musuh manusia yaitu kebodohan adalah, dharma, artha, kama ,moksa yang telah menjadi dasar itu sendiri. Selain pula Tri kaya parisudha sebagai lelaku etika yang berpikir, berbicara, berbuat dharmaning ksatrya mahottama. Dan kuda yang liar adalah mewakili sad ripu dan sad atatayi, atau mungkin seperti seven deadly sins, yang telah terbit pemahamannya. Maka jika kuda liar itu dapat dikelola dengan laksana satya, maka akan mewakili kecepatan intuisi untuk menelaah “putih” kesucian tuhan dalam menanggulangi setiap permasalahan yang ada.
3. Orang yang kalah, adalah ia yang bergerak pada adharma, ia yang bergerak dan mendasarkan dirinya pada jaman kali, mereka yang bersifat raksasa raksasi dan yang tiada berjiwa budi dharma.. mereka akan terkalahkan oleh pedang ketajaman ilmu pengetahuan, dan tergerus oleh kuda catur purusha artha yang akan tetap menang sepanjang masa. Dan ini telah dirayakan pada galungan dan kuningan. Dan keabadian itu akan menjadi kenyataan.
Sedikit dan yang terakhir, Japa atau semadi akan persujudan kepada titisan Waishnam Al Muaimin dapat dilaksanakan dengan mahantra berikut :
“Hare Krushna Hare Krushna, Krushna Krushna Hare Hare”
“Hare Râma Hare Râma, Râma Râma Hare Hare” (Japa Kalki Avatar)

“Om BiswaGuru KalkiRâma Sudarshana Hare Hare
GadâPadma ShankhaShyâma RâmaKrushna Hare Hare” (japa Kalki Avatar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar