====================
Tri Chanda itulah yang menyebabkan keberadaan Pura Luhur
Batukaru sangat alami sesuai dengan tattwa yang
melatarbelakangi keberadaan Pura Luhur Batukaru tersebut.
Demikian juga Pura Presanak atau Jajar Kemiri dari Pura
Luhur Batukaru ini melambangkan nilai-nilai spiritual
yang memotivasi umat agar senantiasa menjaga kelestarian
eksistensi Tri Chanda tersebut. Penampilan fisik Pura
Luhur Batukaru tersebut amat artistik mengikuti rona
alam di lingkungan pura.
Di Pura Luhur Batukaru ini di samping ada bangunan utama,
di sebelah timurnya terdapat sumber mata air terdiri
atas dua kompleks. Ada kompleks yang berlokasi di jeroan
(dalam) pura pokok yang dipergunakan khusus untuk
memohon Tirtha (air suci) untuk kepentingan upacara.
Kompleks yang kedua adalah untuk kepentingan mandi dan
cuci muka sebagai pembersihan diri dalam rangka
persiapan untuk bersembahyang.
Upacara piodalan di pura ini jatuh setiap 210 hari
sekali yaitu pada setiap Kamis Wuku Dungulan sehari
setelah hari raya Galungan. Suatu yang unik di Pura
Luhur Batukaru adalah mengenai upacara piodalan dan
upacara besar lainnya tidak pernah dipimpin oleh pandita.
Upacara cukup dipimpin oleh pemangku yang disebut Jero
Kubayan. Di pura ini Dr. R. Goris, seorang ahli ilmu
arkeologi, pernah mengadakan penelitian pada tahun 1928.
Di pura ini, Goris banyak menjumpai patung-patung yang
tipenya serupa dengan patung yang terdapat di Goa Gajah
yaitu patung yang keluar pancuran air dari pusarnya.
Bedanya patung di Goa Gajah berdiri, sedangkan yang di
Pura Batukaru duduk bersila. Menurut Goris, patung yang
terdapat di Batukaru sezaman dengan patung di Goa Gajah.
Pura Luhur Batukaru denahnya dibagi menjadi tiga mandala.
Bangunan yang paling utama di denah yang paling utama
atau Utama Mandala berupa candi yang bentuknya sangat
mirip dengan bentuk candi di Jawa Timur. Bentuknya
ramping atapnya terdiri atas perpaduan tingkatan (punden
berundak-undak). Candi utama ini diapit oleh Candi
Perwara, serta di ujung kiri dan kanannya diapit oleh
Padmasana. Jadi pada leretan bangunan utama terdapat
lima bangunan atau pelinggih. Di candi utama inilah
dipuja Dewa Mahadewa. Masyarakat menyebutnya Ratu Hyang
Tumuwuh.
Mengapa Dewa Mahadewa diberi gelar Ratu Hyang Tumuwuh.
Karena untuk menjaga keterpaduan air, udara dan
tumbuh-tumbuhan di bumi ini. Agar semua alam tersebut
terpadu adanya, sebagai langkah awal umat mohon tuntunan
Tuhan sebagai Sang Hyang Tumuwuh. Karena Tuhanlah
sebagai mahapencipta semua unsur alam tersebut. Sebutan
Tuhan sebagai Sang Hyang Tumuwuh memang sebutan yang
amat lokal Bali. Tetapi dibaliknya terdapat nilai-nilai
universal tentang etika perlakuan sumber-sumber alam
ciptaan Tuhan tersebut. Kalau udara kotor, sumber-sumber
air tak terlindungi maka tumbuh-tumbuhan pun akan merana.
Kalau tumbuh-tumbuhan merana hidup manusia pun akan
menderita kekurangan bahan makanan dan obat-obatan.
Pelinggih utama di Pura Luhur Batukaru berbentuk Candi
bukan Meru. Ini jelas pengaruh arsitektur Jawa Timur dan
India. Candi tersebut merupakan tempat pemujaan Dewa
Mahadewa. Candi diapit oleh Candi Perwara. Di sudut
timur laut dan barat laut terdapat Pelinggih Padma Ratu
Bagus Panji dan Ratu Puseh Kubayan.
Di pojok barat daya ada dua bangunan Gedong paling
selatan berjejer. Dua Gedong itu sebagai Pedharman Raja
Badung dan Raja Tabanan. Kedua Raja ini adalah satu klan.
Di areal Utama Mandala terdapat tidak kurang dari 24
bangunan penting dan pelengkap. Di areal kedua yang
disebut Madya Mandala ada sebuah Pelinggih Gedong stana
Ratu Pasek sebagai tempat memohon suksesnya upacara
yadnya.
Di pojok barat laut ada Gedong Simpen untuk tempat
menyimpan Pratima. Di selatan Gedong Simpen tersebut
terdapat bangunan Balai Agung dengan dua belas tiang.
Balai Agung ini tempat berkumpulnya semua simbol sakral
terutama saat Melasti. Pura Batukaru ini di samping
sebagai Pura Sad Kahyangan juga berkedudukan sebagai
Pura Catur Loka Pala sebagaimana disebutkan dalam Lontar
Purana Bali. Di timur Pura Lempuhyang Luhur, di selatan
Pura Andakasa, di bBarat Pura Luhur Batukaru dan utara
Pura Pucak Mangu.
Pura Luhur Batukaru juga sebagai Pura Padma Bhuwana
yaitu sembilan pura yang mengelilingi Pulau Bali. Pura
Padma Bhuwana sebagai lambang pemujaan Tuhan yang ada di
mana-mana di sembilan penjuru alam semesta. Tidak ada
bagian alam semesta ini tanpa kehadiran Tuhan.
Keberadaan Tuhan seperti itulah yang diekspresikan di
sembilan pura di Pulau Bali.
Kalau penerapan konsep ketuhanan agama Hindu di Bali ini
benar-benar dihayati, maka umat Hindu tidak akan
berhenti pada sembahyang dengan upacara yadnya saja
dalam mengamalkan ajaran. Itu baru langkah mengarah pada
aspek niskala untuk membangun daya spiritual umat. Yang
niskala itu seharusnya di-sekala-kan dalam perilaku
hidup sehari-hari untuk secara aktif menjaga eksistensi
Tri Chanda tersebut sesuai dengan sifat alaminya.
Dalam Chanakya Niti XIV, 18 dinyatakan bahwa untuk
mendapatkan hidup sejahtera lindungilah lima hal yaitu:
Dharma (kesucian agama) Dhana (aset publik), Dhanyam (bahan
makanan), Guru Wacana (kata-kata bijak guru suci), dan
Ausada (sistem kesehatan). Kelima unsur tersebut akan
terjaga dengan diawali untuk melindungi Tri Chanda bumi
ini. Di Bali banyak sekali warisan para resi guru suci
berupa kata-kata bijak sebagai pegangan untuk menjaga
Tri Chanda dan lima hal untuk membangun hidup sejahtra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar